Home » Sejarah Indonesia » Politik Majapahit Kekuasaan, Ideologi, dan Kejatuhan

Politik Majapahit Kekuasaan, Ideologi, dan Kejatuhan

admin 03 Feb 2025 160

Politik Majapahit, kerajaan maritim terbesar di Nusantara, menyimpan misteri dan pesona tersendiri. Lebih dari sekadar perebutan kekuasaan, politik Majapahit merupakan perpaduan rumit antara strategi militer, diplomasi halus, dan pengaruh kuat ideologi Hindu-Buddha. Sistem pemerintahannya yang kompleks, dengan raja sebagai pusat kekuasaan dan dibantu oleh para pejabat penting seperti patih dan senapati, membentuk dinamika politik yang menentukan nasib kerajaan selama berabad-abad.

Dari puncak kejayaan dengan pengaruh yang meluas hingga kejatuhannya yang tragis, perjalanan politik Majapahit menawarkan pelajaran berharga tentang stabilitas kekuasaan, hubungan internasional, dan dampak ideologi terhadap pemerintahan. Kajian ini akan mengungkap seluk-beluk sistem politik Majapahit, mulai dari struktur pemerintahan hingga faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan yang pernah begitu perkasa ini.

Sistem Politik Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Nusantara, memiliki sistem politik yang kompleks dan berpengaruh besar terhadap sejarah Indonesia. Sistem ini, yang berakar pada tradisi Hindu-Buddha Jawa, mengalami perkembangan dan perubahan sepanjang masa kejayaannya. Pemahaman tentang struktur pemerintahan, kekuasaan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitasnya, sangat penting untuk memahami dinamika politik dan sosial budaya masa lalu.

Struktur Pemerintahan Majapahit

Struktur pemerintahan Majapahit bersifat hierarkis, dengan Raja sebagai puncak kekuasaan. Di bawahnya terdapat berbagai pejabat penting dan lembaga pemerintahan yang menjalankan roda pemerintahan. Raja memegang kekuasaan absolut, namun praktiknya, ia seringkali bergantung pada para menteri dan pejabat kunci dalam menjalankan pemerintahan. Sistem ini mencerminkan keseimbangan antara kekuasaan terpusat dan peran penting para pejabat dalam menjalankan administrasi dan kebijakan kerajaan.

Sistem Kekuasaan dan Hierarki

Kekuasaan di Majapahit terpusat pada Raja, yang dianggap sebagai manifestasi dewa di dunia. Namun, sistem ini tidak sepenuhnya otoriter. Para pejabat tinggi seperti Patih, Senapati, dan para anggota keluarga kerajaan memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan. Hierarki yang jelas terbangun dalam struktur pemerintahan, mulai dari Raja hingga lapisan pemerintahan terendah di daerah. Pengaruh agama dan budaya Jawa juga sangat berperan dalam membentuk sistem kekuasaan ini.

Penggunaan gelar dan upacara keagamaan menegaskan posisi dan otoritas setiap individu dalam hierarki tersebut.

Perbandingan Peran Pejabat Penting

Berikut perbandingan peran beberapa pejabat penting di Kerajaan Majapahit:

Nama Jabatan Tugas & Tanggung Jawab Kekuasaan Hubungan dengan Raja
Patih Penasihat utama raja, mengelola pemerintahan sipil, mengawasi keuangan negara. Sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan, memiliki wewenang administratif yang luas. Sangat dekat dengan raja, seringkali menjadi tangan kanan raja dalam pemerintahan.
Senapati Panglima tertinggi angkatan perang, bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan kerajaan. Berkuasa atas militer, berpengaruh dalam urusan politik terutama saat menghadapi ancaman eksternal. Berhubungan langsung dengan raja, melaporkan strategi militer dan kondisi keamanan.
Raden Wijaya (sebelum menjadi raja) Awalnya sebagai pemimpin lokal, kemudian menjadi tokoh kunci dalam pendirian Majapahit. Pengaruhnya meningkat seiring dengan keberhasilannya dalam membangun Majapahit. Hubungannya dengan raja berubah dari bawahan menjadi pendiri dan raja.

Proses Pengangkatan dan Penurunan Raja

Proses pengangkatan raja di Majapahit umumnya didasarkan pada garis keturunan, namun faktor politik dan kekuatan militer juga berperan penting. Biasanya, putra mahkota akan diangkat sebagai penerus, tetapi jika tidak ada putra mahkota yang layak atau terjadi perebutan kekuasaan, maka proses pengangkatan bisa berlangsung melalui proses yang lebih rumit, bahkan melibatkan peperangan. Penurunan raja dapat terjadi karena kematian, penggulingan, atau pengunduran diri.

Penggulingan raja seringkali dipicu oleh konflik internal di istana atau kekalahan dalam peperangan.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Stabilitas Politik

Stabilitas politik di Majapahit dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kekuatan militer, kesetiaan para pejabat tinggi, kebijaksanaan raja, dan kondisi ekonomi. Kekuatan militer yang kuat menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas, sedangkan kesetiaan para pejabat tinggi mencegah terjadinya pemberontakan. Kebijakan raja yang bijaksana dapat meminimalisir konflik dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, sehingga mendukung stabilitas. Kondisi ekonomi yang baik juga berperan penting dalam menjaga stabilitas politik, karena dapat mencegah terjadinya pemberontakan akibat kemiskinan dan ketidakpuasan rakyat.

Ideologi dan Filsafat Politik Majapahit

Kekaisaran Majapahit, salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, tidak hanya dikenal karena luasnya wilayah kekuasaan, tetapi juga karena sistem politiknya yang kompleks dan dipengaruhi kuat oleh ideologi Hindu-Buddha. Pemahaman terhadap filsafat politik Majapahit penting untuk memahami dinamika kekuasaan, kebijakan, dan keberhasilan kerajaan ini dalam mempertahankan stabilitas selama berabad-abad.

Pengaruh Hindu-Buddha terhadap Sistem Politik Majapahit

Agama Hindu dan Buddha memberikan landasan ideologis yang kuat bagi pemerintahan Majapahit. Konsep-konsep keagamaan seperti dharma, karma, dan konsep kosmologi Hindu-Buddha diintegrasikan ke dalam sistem pemerintahan. Raja, sebagai pemimpin tertinggi, dianggap sebagai representasi dewa di dunia fana, sehingga legitimasi kekuasaannya berakar pada kepercayaan religius rakyat. Pengaruh ini terlihat dalam upacara-upacara kerajaan, pembangunan candi, dan penyusunan hukum yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan.

Konsep Dewa-Raja dan Legitimasi Kekuasaan Raja

Konsep dewa-raja merupakan pilar utama legitimasi kekuasaan di Majapahit. Raja dianggap sebagai perwujudan dewa di bumi, yang bertugas memelihara dharma dan kesejahteraan rakyat. Legitimasi ini tidak hanya didasarkan pada keturunan, tetapi juga pada kemampuan raja dalam menjalankan dharma dan memimpin kerajaan dengan bijaksana. Kegagalan raja dalam menjalankan dharma dapat dianggap sebagai kehilangan legitimasi, bahkan dapat memicu pemberontakan.

Nilai-Nilai Agama dan Budaya dalam Kebijakan Politik Majapahit

Nilai-nilai agama dan budaya Hindu-Buddha secara signifikan memengaruhi kebijakan politik Majapahit. Konsep dharma, misalnya, mendorong raja untuk menegakkan keadilan, melindungi rakyat, dan memelihara ketertiban. Toleransi beragama, meskipun dengan dominasi Hindu-Buddha, juga terlihat dalam kebijakan kerajaan, meskipun catatan sejarah menunjukkan adanya periode-periode konflik antar kelompok agama.

Prinsip-Prinsip Utama Filsafat Politik Majapahit

  • Dharma sebagai landasan pemerintahan: Raja wajib menegakkan keadilan dan kesejahteraan rakyat.
  • Konsep Dewa-Raja: Raja sebagai perwujudan dewa di bumi, yang legitimasinya bergantung pada kemampuannya menjalankan dharma.
  • Sistem hierarki sosial yang ketat: Masyarakat terstruktur berdasarkan kasta dan jabatan, mencerminkan kosmologi Hindu-Buddha.
  • Pentingnya keseimbangan kosmik: Keharmonisan antara manusia, alam, dan dunia spiritual dianggap penting untuk stabilitas kerajaan.
  • Penggunaan agama sebagai alat legitimasi dan kontrol sosial: Upacara-upacara keagamaan dan pembangunan candi digunakan untuk memperkuat kekuasaan raja dan mengontrol masyarakat.

Pengaruh Ideologi terhadap Keputusan Politik Penting

Sebagai contoh, kebijakan ekspansi wilayah Majapahit dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk memperluas pengaruh dharma dan kesejahteraan ke wilayah yang lebih luas. Pembangunan candi-candi megah, seperti Candi Panataran, tidak hanya menunjukkan kehebatan kerajaan, tetapi juga sebagai manifestasi dari kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut.

Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri Majapahit

Kejayaan Majapahit tidak hanya terbangun dari kekuatan militernya, tetapi juga dari strategi politik luar negerinya yang cermat. Kekaisaran ini mampu menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi yang luas, menjangkau wilayah Nusantara dan bahkan mencakup beberapa wilayah di Asia Tenggara daratan. Strategi ini berperan penting dalam memperluas pengaruh dan kekuasaan Majapahit, sekaligus menjaga stabilitas kawasan.

Majapahit menerapkan pendekatan yang fleksibel dalam politik luar negerinya, menggunakan kombinasi diplomasi, perkawinan politik, dan tindakan militer sesuai konteks situasi. Keberhasilan dan kegagalannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kekuatan internal Majapahit sendiri, kondisi politik di wilayah sekitarnya, dan kemampuan para pemimpinnya dalam membaca situasi internasional.

Strategi Politik Luar Negeri Majapahit

Majapahit menggunakan berbagai strategi untuk menjalin hubungan dengan kerajaan lain. Diplomasi menjadi alat utama, dimana utusan-utusan kerajaan dikirim untuk menjalin hubungan baik, mengadakan perjanjian perdagangan, atau bahkan menyelesaikan konflik. Perkawinan politik juga sering digunakan untuk memperkuat ikatan dengan kerajaan lain dan menciptakan aliansi strategis. Dalam beberapa kasus, tindakan militer terpaksa dilakukan untuk menghadapi ancaman atau memperluas wilayah kekuasaan.

Contoh Perjanjian dan Konflik Politik

Sejarah mencatat berbagai contoh perjanjian dan konflik yang melibatkan Majapahit dengan kerajaan lain. Sebagai contoh, Majapahit menjalin hubungan diplomatik yang erat dengan kerajaan-kerajaan di Jawa seperti Sunda dan Singasari. Namun, Majapahit juga terlibat dalam konflik dengan kerajaan-kerajaan lain, seperti perang melawan kerajaan Melayu di Sumatera. Hubungan dengan kerajaan-kerajaan di luar Nusantara, seperti Kamboja dan China, juga menunjukkan kompleksitas politik luar negeri Majapahit, yang terkadang berupa kerjasama dan terkadang berupa konflik.

Kutipan Sumber Sejarah tentang Hubungan Diplomatik Majapahit

“Hikayat Raja-Raja Pasai menyebutkan kunjungan utusan Majapahit ke Pasai untuk memperkuat hubungan diplomatik dan perdagangan.” Kutipan ini menunjukkan upaya Majapahit dalam menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar Jawa, bahkan hingga ke Sumatera. Hal ini menunjukkan bahwa diplomasi merupakan bagian penting dari strategi politik luar negeri Majapahit.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Politik Luar Negeri Majapahit

Keberhasilan dan kegagalan politik luar negeri Majapahit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kekuatan ekonomi dan militer Majapahit menjadi faktor kunci dalam keberhasilannya menjalin hubungan diplomatik yang menguntungkan. Kepemimpinan yang bijaksana dan kemampuan bernegosiasi juga sangat penting. Sebaliknya, faktor seperti konflik internal, pelemahan ekonomi, dan munculnya kekuatan baru di wilayah sekitarnya dapat menyebabkan kegagalan dalam politik luar negeri Majapahit.

Peta Konseptual Hubungan Diplomatik Majapahit

Berikut gambaran peta konseptual hubungan diplomatik Majapahit (ilustrasi, bukan gambar sebenarnya): Majapahit berada di tengah. Panah menghubungkan Majapahit dengan kerajaan-kerajaan lain seperti Sunda, Singasari, Melayu, Champa, dan Kamboja. Warna panah dapat menunjukkan sifat hubungan (hijau untuk hubungan damai, merah untuk konflik). Panjang panah dapat menunjukkan intensitas hubungan. Panah yang lebih panjang menunjukkan hubungan yang lebih erat.

Faktor-faktor Penyebab Kejatuhan Majapahit

Kejatuhan Kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan besar dan berpengaruh di Nusantara, merupakan proses yang kompleks dan berlangsung bertahap. Berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, saling terkait dan berkontribusi terhadap keruntuhannya. Pemahaman atas faktor-faktor ini penting untuk memahami dinamika politik dan sejarah Nusantara pada masa tersebut.

Faktor Internal Kejatuhan Majapahit

Faktor internal memainkan peran signifikan dalam melemahkannya dari dalam. Perselisihan internal dan perebutan kekuasaan menggerogoti fondasi kerajaan, menciptakan ketidakstabilan politik yang berdampak luas.

  • Perebutan kekuasaan di kalangan keluarga kerajaan menciptakan perpecahan dan konflik berkelanjutan. Kekuasaan yang diperebutkan seringkali menyebabkan perang saudara dan pengalihan fokus dari pemerintahan dan pembangunan.
  • Kelemahan kepemimpinan setelah masa keemasan Hayam Wuruk dan Gajah Mada menyebabkan hilangnya kontrol dan otoritas pusat. Kurangnya pemimpin yang kuat dan bijaksana memperparah situasi yang sudah rapuh.
  • Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh para pejabat pemerintahan juga melemahkan Majapahit. Hal ini menyebabkan ketidakpercayaan rakyat dan semakin memperburuk situasi ekonomi dan sosial.

Faktor Eksternal Kejatuhan Majapahit

Selain faktor internal, tekanan dari luar juga berperan penting dalam proses keruntuhan Majapahit. Serangan dan pemberontakan dari kerajaan lain semakin memperlemah kerajaan yang sudah terpecah belah.

  • Pemberontakan daerah semakin sering terjadi, menunjukkan melemahnya kendali pusat atas wilayah-wilayah kekuasaan Majapahit. Contohnya, pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah mengurangi kekuatan militer dan sumber daya Majapahit.
  • Serangan dari kerajaan-kerajaan lain, seperti Demak, semakin memperlemah posisi Majapahit. Serangan-serangan ini, meskipun tidak selalu langsung menghancurkan ibukota, namun menguras sumber daya dan energi Majapahit.
  • Perubahan dinamika politik regional, khususnya munculnya kerajaan-kerajaan Islam di pesisir utara Jawa, memberikan tekanan besar pada Majapahit yang mayoritas bercorak Hindu-Buddha.

Interaksi Faktor Internal dan Eksternal

Faktor internal dan eksternal saling berkaitan dan mempercepat proses keruntuhan Majapahit. Kelemahan internal membuat Majapahit rentan terhadap tekanan eksternal. Serangan dari luar semakin memperparah perpecahan dan konflik internal, menciptakan lingkaran setan yang sulit dihentikan.

Kronologi Kejatuhan Majapahit (Diagram Alir Sederhana)

Berikut gambaran sederhana kronologi peristiwa penting yang mengarah pada kejatuhan Majapahit. Perlu diingat, ini merupakan penyederhanaan dari proses yang jauh lebih kompleks:

Peristiwa Penjelasan Singkat
Kematian Gajah Mada Mulai melemahnya kepemimpinan dan pengaruh Majapahit
Perebutan Kekuasaan Internal Perang saudara dan perpecahan di kalangan istana
Munculnya Kerajaan Islam Tekanan politik dan agama dari kerajaan-kerajaan Islam di pesisir
Pemberontakan Daerah Pengurangan kekuasaan dan sumber daya Majapahit
Serangan dari Kerajaan Lain Serangan militer yang melemahkan Majapahit
Keruntuhan Majapahit Proses akhir dari runtuhnya kerajaan

Dampak Kejatuhan Majapahit terhadap Politik Nusantara

Kejatuhan Majapahit menandai berakhirnya era dominasi kerajaan besar bercorak Hindu-Buddha di Jawa. Hal ini membuka jalan bagi munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang semakin berpengaruh di Nusantara. Perubahan ini berdampak besar pada peta politik, ekonomi, dan sosial budaya di wilayah tersebut. Munculnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Cirebon, dan Pajang menandai babak baru dalam sejarah Nusantara.

Warisan Politik Kerajaan Majapahit: Politik Majapahit

Kerajaan Majapahit, sebagai salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Nusantara, meninggalkan warisan politik dan administratif yang hingga kini masih relevan. Sistem pemerintahannya, yang kompleks dan terstruktur, memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan politik Indonesia. Pemahaman mengenai warisan ini penting untuk memahami akar sejarah dan perkembangan sistem pemerintahan di Indonesia modern.

Relevansi Warisan Politik dan Administratif Majapahit

Sistem administrasi Majapahit yang terpusat, dengan struktur birokrasi yang jelas dan wewenang yang terbagi, memberikan contoh penting tentang tata kelola pemerintahan yang efektif. Penggunaan sistem mandala, yaitu sistem politik yang menggabungkan unsur-unsur kekuasaan pusat dan daerah, menunjukkan kemampuan Majapahit dalam mengelola wilayah yang luas dan beragam. Konsep ini, meskipun dengan penyesuaian, masih dapat dipelajari dan diterapkan dalam konteks pemerintahan modern, terutama dalam mengelola keberagaman dan otonomi daerah.

Penggunaan sistem pajak dan perdagangan yang terorganisir juga menunjukkan keunggulan Majapahit dalam mengelola keuangan negara. Sistem ini memberikan dasar bagi perkembangan sistem perekonomian dan perpajakan di Indonesia.

Aspek Kepemimpinan dan Tata Kelola Pemerintahan Majapahit

Kepemimpinan di Majapahit ditandai oleh sosok raja yang kuat dan berpengaruh, diimbangi oleh peran para menteri dan pejabat pemerintahan lainnya. Keberhasilan Majapahit juga dipengaruhi oleh adanya sistem peradilan yang relatif adil dan konsisten, serta adanya lembaga-lembaga yang berperan dalam menjaga stabilitas politik. Hal ini menunjukkan pentingnya pemilihan pemimpin yang kompeten dan adil, serta pentingnya lembaga yang kuat dan independen dalam menjalankan pemerintahan.

Sistem ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya check and balances dalam sistem pemerintahan modern.

Perbandingan Sistem Politik Majapahit dengan Sistem Politik Modern di Indonesia

Sistem politik Majapahit, meskipun berbeda dengan sistem politik modern Indonesia yang demokratis, menawarkan beberapa poin perbandingan yang menarik. Majapahit memiliki sistem pemerintahan yang terpusat, sedangkan Indonesia menganut sistem pemerintahan desentralisasi. Namun, keduanya sama-sama menunjukkan upaya untuk mengelola keragaman etnis dan budaya di wilayah yang luas.

Majapahit menunjukkan kekuatan pemerintahan terpusat, sementara Indonesia menunjukkan kekuatan pemerintahan yang lebih terdesentralisasi dengan pemberdayaan daerah. Meskipun metodenya berbeda, keduanya berusaha untuk mencapai kesatuan dan kestabilan nasional.

Pencapaian Penting Majapahit di Bidang Politik dan Administrasi

  • Penetapan hukum dan peraturan yang terstruktur dan relatif adil.
  • Pembentukan sistem birokrasi yang efisien dan efektif dalam mengelola wilayah yang luas.
  • Pengembangan sistem perpajakan dan perdagangan yang terorganisir.
  • Keberhasilan dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya.
  • Penggunaan sistem mandala dalam mengelola wilayah yang beragam.

Dampak Kebudayaan Majapahit terhadap Perkembangan Politik dan Sosial di Indonesia, Politik majapahit

Runtuhnya Majapahit tidak serta-merta menghapus pengaruhnya. Nilai-nilai budaya dan sistem pemerintahan yang dikembangkan Majapahit masih berpengaruh pada perkembangan politik dan sosial di Indonesia setelahnya. Sistem kepercayaan, seni, dan budaya Majapahit terus berkembang dan berintegrasi dengan budaya lokal lainnya.

Hal ini menunjukkan ketahanan dan pengaruh budaya Majapahit yang terus hidup hingga saat ini, dan menjadi bagian dari identitas nasional Indonesia.

Terakhir

Politik Majapahit, sebuah perpaduan kompleks antara kekuatan militer, diplomasi cerdik, dan pengaruh ideologi Hindu-Buddha, telah meninggalkan warisan yang mendalam bagi sejarah Indonesia. Meskipun kerajaan tersebut telah lama runtuh, sistem pemerintahan dan strategi politiknya masih relevan untuk dikaji dan dipahami hingga saat ini. Memahami pasang surut kekuasaan Majapahit memberikan perspektif yang berharga tentang bagaimana faktor internal dan eksternal dapat memengaruhi perjalanan sebuah kerajaan, dan bagaimana warisan budaya dan politik dapat bertahan melewati masa-masa pergantian kekuasaan.

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Jejak Yusuf Roni Pasca Vonis Penodaan Agama 1979

heri kontributor

03 Jul 2025

Upaya pdt jusuf roni setelah vonis penodaan agama 1979 – Upaya Pdt Yusuf Roni setelah vonis penodaan agama 1979 menjadi catatan penting dalam sejarah kebebasan berpendapat di Indonesia. Vonis ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak, dan perjalanan Yusuf Roni pasca vonis patut dikaji lebih dalam. Bagaimana ia menghadapi tekanan dan tantangan yang muncul? Bagaimana …

Konteks Sosial Politik 1979 Kasus Yusuf Roni

ivan kontributor

03 Jul 2025

Konteks sosial politik indonesia tahun 1979 terkait kasus jusuf roni – Konteks sosial politik Indonesia tahun 1979 terkait kasus Yusuf Roni menyimpan pelajaran berharga tentang dinamika masyarakat dan pemerintahan. Peristiwa ini tidak hanya menjadi catatan sejarah, namun juga memberikan gambaran tentang kondisi sosial dan politik Indonesia pada masa itu. Menganalisis kasus Yusuf Roni dalam konteks …

Perbandingan Pancasila Laju dan Layu di Berbagai Generasi

heri kontributor

05 Jun 2025

Perbandingan Pancasila yang laju dan yang layu di berbagai generasi menjadi topik penting yang perlu dikaji mendalam. Nilai-nilai luhur Pancasila, yang menjadi dasar negara, mengalami interpretasi dan penerapan yang berbeda di setiap generasi. Bagaimana Pancasila dimaknai dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari? Perubahan pemahaman dan penerapan Pancasila dari generasi ke generasi perlu diurai secara kritis untuk …

Arti dan Sejarah Singkatan Nama Kota Depok yang Sebenarnya

heri kontributor

11 Feb 2025

Arti dan Sejarah Singkatan Nama Kota Depok yang Sebenarnya menyimpan misteri yang menarik untuk diungkap. Dari sekadar nama sebuah kota di pinggiran Jakarta, Depok menyimpan kisah panjang tentang asal-usulnya, peran tokoh-tokoh kunci dalam sejarahnya, hingga berbagai interpretasi makna singkatan namanya yang hingga kini masih diperdebatkan. Perjalanan sejarah Kota Depok, dari sebuah perkebunan hingga menjadi kota …

Istilah Pancasila Pertama Kali Dicetuskan Oleh

heri kontributor

06 Feb 2025

Istilah Pancasila pertama kali dicetuskan oleh Ir. Soekarno. Momentum bersejarah ini terjadi di tengah hiruk pikuk perumusan dasar negara Indonesia menjelang proklamasi kemerdekaan. Prosesnya tak lepas dari perdebatan sengit dan perundingan alot di antara para tokoh bangsa. Bagaimana peran Soekarno, dan bagaimana rumusan Pancasila akhirnya tercipta? Mari kita telusuri jejak sejarahnya. Pembahasan ini akan mengupas …

Istilah Pancasila Pertama Kali Dicetuskan Oleh Siapa?

admin

06 Feb 2025

Istilah Pancasila pertama kali dicetuskan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya yang bersejarah pada sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945. Pidato tersebut, yang kemudian dikenal sebagai “Lahirnya Pancasila,” menandai momen krusial dalam sejarah Indonesia, meletakkan dasar bagi terbentuknya negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Rumusan Pancasila yang diutarakan Soekarno bukan …